Mengenai Saya

Foto saya
hanya ingin membuat sebuah media untuk berbagi informasi & pengetahuan.. Untuk menjadi kita (bukan aku) yang lebih baik..

Kamis, 11 November 2010

Sinusitis Akut

Definisi
Sinusitis akut merupakan infeksi sinus paranasal yang berlangsung kurang dari 4 minggu, sering
ditandai dengan peningkatan gejala selama minggu kedua infeksi saluran pernapasan atas.

Patogenesis
Anatomi sinus tidak memfasilitasi drainase pasif secara gravitasional, oleh karena itu silia mukosa sinonasal harus berfungsi dengan baik. Tanpa adanya gerakan mucus yang konstan dari sinus ke hidung, akumulasi dan infeksi dapat terjadi. Sinusitis akut dapat dimulai dengan edema mukosa nasal dan kemudian mengakibatkan blockade ostia sinus, yang kemudian mengakibatkan stasis dan infeksi. Organisme yang paling sering ditemui sebagai penyebab sinusitis akut di antaranya adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella catarrhalis.

Jamur juga dapat menginfeksi sinus paranasal. Spesies tertentu seperti Mucor menyebabkan sinusitis fungal invasive yang biasanya terjadi pada pasien dengan penekanan system imun atau pasien dengan diabetes. Sinusitis jenis tersebut memiliki perjalanan penyakit yang sangat progresif, dan dapat melibatkan basis crania serta orbita. Fungus juga dapat menstimulasi respons imun dari mukosa sinonasal, menyebabkan sinusitis fungal alergi.

Tanda dan Gejala
Gejala yang sering dikeluhkan pasien di antaranya adalah kongesti nasal, discharge nasal purulen, postnasal drip, dan tekanan pada sinus. Karena gejala juga ditemukan pada infeksi respirasi yang disebabkan virus, maka gejala tersebut harus lebih dari 7 hari untuk dapat didiagnosis sebagai sinusitis akut. Penegakan diagnosis sinusitis akut dapat dilakuakn menggunakan criteria pada table di bawah, di mana adanya 2 kriteria mayor dengan 1 kriteria minor, atau 1 kriteria mayor dengan 2 kriteria minor, telah dapat mengarahkan diagnosis pada sinusitis akut.

Major and Minor Factors in the Diagnosis of Acute Sinusitis
Major Factors                                                                             
  Facial pain or pressure                                                              
  Facial congestion or fullness                                                       
  Nasal obstruction or blockage                                                   
  Nasal discharge, purulence, or discolored postnasal drainage      
  Hyposmia or anosmia                                                                  
  Purulence in nasal cavity                                                             
  Fever (in acute rhinosinusitis only)                                               

Minor Factors
Headache
Fever (in chronic sinusitis)
Halitosis
Fatigue
Dental pain
Cough
Ear pain, pressure, or fullness


Pemeriksaan Penunjang
•    Endoscopic Evaluation
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya pus keluar dari meatus media. Penyebab anatomis yang mempredisposisi infeksi berulang juga dapat terlihat, seperti deviasi septum, bullosa konka, synechiae, dan lain-lain.
•    Imaging
Pada rontgen polos dapat terlihat adanya air-fluid level, tetapi tidak dapat menilai perubahan mukosa dan kurang berguna untuk memeriksa sinus ethmoidalis. CT scan saat ini merupakan pilihan imaging sinus. CT dapat memvisualisasi penebalan mukosa, air-fluid level, dan struktur tulang. MRI biasanya hanya dilakukan pada kasus yang memerlukan diferensiasi antara sinus yang terisi sekresi yang tertahan atau terisi dengan tumor.
•    Sinus Tap
Pengumpulan material purulen ini merupakan gold standard untuk diagnosis bakteriologik yang akan mempengaruhi terapi antibiotic. Prosedurnya adalah trokar dimasukkan melalui antrum maksilaris secara transnasal atau sublabial, kemudian dilakukan aspirasi isi sinus untuk dikultur.
•    Endoscopically Guided Cultures
Pemeriksaan ini merupakan alternative dari pemeriksaan sinus tap. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, material kultur diambil dari hiatus semilunaris.

Pengobatan
1.    Antibiotik
Terapi awal adalah amoxicillin atau trimethoprim-sulfamethoxazole selama 10-14 hari. Cephalosporin digunakan untuk kasus refrakter. Clindamycin adalah antibiotic yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif (seperti Staphylococci dan Streptococci) di mana bakteri tersebut adalah penyebab utama infeksi saluran pernafasan atas seperti sinusitis.
2.    Saline, steroid, dekongestan, dan antibiotic nasal
Saline mengurangi kekeringan dan krusta mukosa nasal dan memperbaiki clearance mucus. Steroid mengurangi pembengkakan mukosa dan membantu membuka kompleks osteomeatal, memfasilitasi drainase sinus. Penggunaan oxymetazoline topical hanya dalam jangka waktu pendek (3 hari) untuk mengurangi gejala, dan harus diperhatikan resiko terjadinya rebound. Antibiotik seperti irigasi gentamicin 80 mg/L dapat digunakan untuk kasus refrakter. Ambroxol bertindak sebagai secretolytic agent pada produksi mucus yang berlebihan.
3.    Steroid dan dekongestan sistemik
Steroid dapat secara signifikan mengurangi inflamasi mukosa pada pasien dengan polip nasal yang sudah lama. Pemberiannya harus memperhatikan terjadinya resiko pemberian steroid sistemik. Dekongestan dan mukolitik seperti guaifenesin dapat mengurangi gejala.
4.    Pembedahan
Terapi medis maksimal pada sinusitis akut didefinisikan sebagai pengobatan dengan antibiotic yang tepat, steroid nasal, dan steroid sistemik, selama 4-6 minggu. Jika pengobatan tersebut telah terpenuhi dan masih ada bukti obstruksi kompleks osteomeatal atau penyakit mukosa pada pemeriksaan CT scan atau evaluasi endoskopik, maka hal tersebut menjadi indikasi dilakukannya intervensi pembedahan. Pasien tanpa abnormalitas anatomic atau polip sinonasal memiliki respons yang lebih baik terhadap terapi bedah. Terapi bedah yang dilakukan adalah :
o    Functional Endoscopic Sinus Surgery : debridement polip, pelebaran ostia, sinus ethmoidalis dihilangkan atapnya sehingga membuka ke kavitas nasal.
o    Open Sinus Surgery : contohnya teknik Caldwell-Luc di mana sinus maksilaris dimasuki melalui insisi sublabial untuk membuat drainage window ke kavitas nasal dan juga untuk keperluan biopsy isi sinus.

Prevensi
•    Irigasi nasal dengan saline : mencegah akumulasi krusta nasal dan memfasilitasi clearance mukosilier.
•    Steroid nasal : mengurangi edema mukosa yang dapat menyebabkan obstruksi ostia sinus.
•    Management alergi : kontrol lingkungan, steroid topical, imunoterapi.
•    Oxymetazoline spray : menyebabkan konstriksi mukosa nasal, tapi dapat menyebabkan fenomena rebound, oleh karena itu hanya digunakan untuk penggunaan jangka pendek (3 hari) untuk pengobatan simtomatik.

Komplikasi
•    Infeksi orbital : dikarenakan orbita dengan sinus ethmoidalis hanya dibatasi oleh lamina papyracea os ethmoidalis yang sangat tipis sehingga infeksi dari sinus mudah menyebar ke orbita. Infeksi pada orbita bermanifestasi sebagai edema palpebra, abses orbital, selulitis orbital, abses subperiosteal, dan thrombosis sinus kavernosa (emboli septic mengalir melalui system vena oftalmika ke sinus kavernosa, bermanifestasi sebagai chemosis, respons pupil melambat, oftalmoplegia, dan kebutaan).
•    Meningitis : biasanya dari sinus ethmoidalis dan sphenoidalis. Diagnosis ditegakkan dengan CT scan dan lumbar puncture.
•    Abses epidural : biasanya dari sinus frontalis. Dapat menjadi empyema subdural dan abses otak.
•    Pott puffy tumor : infeksi sinus frontalis menyebar ke sumsum tulang frontalis, menyebabkan osteomyelitis lokalis dengan destruksi tulang yang dapat terlihat sebagai pembengkakan pada dahi.

Prognosis
Prognosis sinusitis sangat baik dengan kurang lebih 70% pasien sembuh tanpa pengobatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar