Mengenai Saya

Foto saya
hanya ingin membuat sebuah media untuk berbagi informasi & pengetahuan.. Untuk menjadi kita (bukan aku) yang lebih baik..

Rabu, 10 November 2010

Hipertansi Esensial

Hipertansi Esensial

PENDAHULUAN
    Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi (Yogiantoro, 2007 cit. Sudoyo, et al. 2007).


DEFINISI
    Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Beberapa penulis lebih memilih istilah hiprtensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder dengan sebab-sebab yang diketahui.
    Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia (Mansjoer, 2001).

MANIFESTASI KLINIS
    Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Tekanan darah tinggi jarang menunjukkan gejala sebelum adanya perubahan pembuluh darah di jantung, otak dan ginjal. Secara ekstrem tekanan darah tinggi dapat merusak bagian dalam dari arteri yang kecil, kemungkinan dapat berlanjut menjadi bekuan darah (Cooper, 1996).
    Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epstaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2001).

DIAGNOSIS
    Diagnosis hipertensif tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalak keadaan duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.
    Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler, dan lainnya. Pakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (sewperti merokok), konsumsi alkohol, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi antihipertensi sebelumya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya).
    Pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran darah dua kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotid, pembesaran vena, atau kelenjar tiroid. Dicari tanda-tanda gangguan irama dan denyut jantung, pembesaran ukuran, bising, derap, dan bunyi jantung ketiga atau empat. Paru diperiksa untuk mencari ronki atau bronkospasme. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan pulsasi aorta yang abnormal. Ginjal bisa teraba pada penyakit ginjal polikistik. Bruit arteri renalis mungkin timbul di epigastrium pada stenosis arteri renalis. Pikirkan juga penyakit ginjal kronis (lakukan pemeriksaan urin) (Rubenstein, 2007). Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi ateri perifer yang manghilang, edema, dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi (Mansjoer, 2001).
    Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi manjadi kelompok normal, prahipertensi, Hiperensi derajat 1 dan derajat 2.

Klasifikasi Tekanan Darah    TDS (mmHg)    TDD (mmHg)
Normal                < 120        < 80
Prahipertensi            120 – 139    80 - 89
Hipertensi derajat 1        140 -159    90 - 99
Hipertensi derajat 2        ≥ 160        ≥ 100

           
PENATALAKSANAAN
    Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbidits yang berkaitan.  Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.
    Kelompok risiko dikategorikan menjadi:
A. Pasien dengan tekanan perbatasan (130-139/85-89 mmHg), atau tingkat 1,2, atau 3, tanpa gejala penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Biladengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat antihipertensi.
B. Pasien tanpa penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ lainnya, tapi memiliki satu atau lebih faktor risiko yang tertera di atas, namun bukan diabetes mellitus.
C. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuloar atau kerusakan organ yang jelas.
Faktor risiko : usia lebih dari 60 tahun, merook, dislipidemia, diabetes mlitus, jenis kelamin (pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskular : penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina pektoris, gagal jantung, riwayat revaskularisasi koronoer, strok, transient ischemic attack, nefropati, penyakit arteriperifer, dan retinopati).
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovaskular dengan biaya sedikit, dan risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan untuk :
1. menurunkan berat badan bila terdaopat kelebihan (IMT ≥ 27)
2. membatasi alkohol
3. meningkatkan aktivitas fisik aeronik (30-45 menit/hari)
4. mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/ 2,4 g Na/6 g Nacl/hari)
5. mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari)
6. mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
7. berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
Penatalaksanaan dngan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimualai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia. Terapi yang optimal harus lebih dari 24 jam, dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap berbagai risiko kematian mendadak, erangan jantung, atau strok akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang beisi kombinasi dosis rendah dua golongan obat yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan memakai obat antihiperensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥200/≥120 mmHg harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit (Mansjoer, 2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar